Teknik Membangun Kasus Dan Analisa Data

TEKNIK MEMBANGUN KASUS DAN ANALISA DATA

 

1. Tahapan Membangun Kasus dan Analisa Data

Kegiatan ini akan dibantu oleh fasilitator yang akan memfasilitasi jalannya proses diskusi diantara peserta yang akan dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi. Fasilitator akan  memberikan panduan kepada para peserta mengenai apa yang harus mereka lakukan dan mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan peserta. Tahapan menganalisa data terdiri dari beberapa langkah, antara lain:

  1. Mengidentifikasi dan Menentukan Isu/Masalah Prioritas ;
  2. 1. Mengidentifikasi dan menentukan isu/permasalahan prioritas ;
  3. Merumuskan dan Menentukan Pernyataan Masalah ;
  4. Mencari dan Merumuskan Argumentasi ;
  5. Mencari Data untuk Merumuskan Argumentasi ;
  6. Merumuskan Alternatif Solusi ;
  7. Analisa Pemangku Kepentingan.

 

Tahap 1  – Mengidentifikasi dan menentukan isu/permasalahan prioritas.

Dalam menentukan isu/masalah prioritas, Peserta sebagai satu kelompok diminta mengidentifikasi maksimal 5 isu yang tingkat kepatuhan kelayakan kerja di satu (studi kasus) Perusahaan terhadap UU No. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan masih rendah berdasarkan data hasil survey ‘halaman pabrik’ yang dipublikasi dari website gajimu.com.

Setelah peserta mengidentifikasi dan menentukan isu/masalah, langkah selanjutnya peserta menuliskan isu tersebut beserta keterangan datanya berdasarkan data hasil survey ‘halaman pabrik’ gajimu.com ke dalam sebuah kertas metaplan. Alokasi waktu untuk kegiatan ini akan berlangsung selama  20 menit dan waktu tambahan selama maksimal 10 menit, jika dibutuhkan.

Selama waktu yang telah ditentukan, peserta akan berdiskusi untuk menentukan kategori setiap masalah yang akan dipetakan, dan mengklasifikasikannya berdasarkan prioritas seringnya isu terjadi, dan peluang advokasinya. Fasilitator meminta peserta untuk meletakkan permasalahan tersebut ke dalam diagram lembar kerja yang telah disediakan, dan menganalisisnya.

Analisis Isu Krusial - TURC.png

Untuk selanjutnya hasil ini akan dibuat sebuah diagram yang akan membagi lagi isu-isu tersebut berdasarkan tingkat skala prioritasnya.

prioritas -1.png

Dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh Serikat, penyusunan skala prioritas dalam melakukan kerja advokasi ini sangat penting. Hal ini membantu organisasi untuk fokus dan memaksimalkan sumber daya yang ada untuk mendukung kerja advokasi tersebut. Skala Prioritas Utama tersebut dilihat berdasarkan analisis isu yang memiliki intensitas sering/banyak dan mempunyai peluang keberhasilan yang besar. Hal ini mempertimbangkan pentingnya menghasilkan keberhasilan untuk mendapatkan kemenangan ‘kecil’ bagi organisasi. Kemenangan ‘kecil’ yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk:

  1. Memupuk motivasi pengurus organisasi ;
  2. Sarana promosi kerja organisasi kepada anggota;
  3. Meningkatkan kepercayaan anggota terhadap organisasi dan pengurusnya ;
  4. Meningkatkan kesadaran anggota untuk membayar iuran organisasi.
  5. Meningkatkan peluang merekrut anggota baru.

 

Tahap 2 – Merumuskan dan Menentukan Pernyataan Masalah.

Merumuskan pernyataan masalah dapat menjadi cara yang efektif untuk mendefinisikan masalah dan mencari alternatif solusi dalam rentang waktu singkat. Jika seseorang hendak memecahkan suatu masalah maka pada umumnya orang harus mengetahui lebih dahulu apa masalahnya.

Apa itu pernyataan masalah? Pernyataan masalah adalah penjelasan singkat dan ringkas tentang suatu keadaan nyata yang tidak sesuai dengan keadaan yang seharusnya atau tidak sesuai dengan kecenderungan umum, atau suatu keadaan yang kurang mendapat perhatian dan memerlukan pengungkapan lebih jauh. Pernyataan masalah dapat menjadi cara yang efektif untuk mendefinisikan masalah dan mengkomunikasikan solusi dalam rentang waktu singkat.

Peserta disarankan terus menggali pertanyaan secara terus menerus hingga menemukan permasalahan mendasar. Penting pula bagi peserta untuk memahami bahwa perumusan masalah sebaiknya tidak hanya memuat informasi mengenai apa yang akan diteliti, tetapi juga informasi mengenai siapa yang yang akan diteliti, dimana konteks atau tempat penelitian yang menjadi perhatian; dan, jika perlu, kapan rentang waktu dari terjadinya masalah yang dipertanyakan itu. Setelah ditemukan, peserta harus merumuskan permasalahan tersebut dalam sebuah kalimat pernyataan, dengan turut mencantumkan data pendukungnya (apabila ada).

Contoh:

  • Bagaimana penggunaan tenaga kerja tidak tetap di industry garment di Jawa Tengah dalam satu tahun terakhir ini menyusul maraknya relokasi dan perluasan pabrik di sector ini ke Kawasan tersebut?
  • Mengapa pekerja perempuan di industry garment dan alas kaki cenderung tidak melaporkan kasus-kasus kekerasan yang dialaminya di tempat kerja? 

 

Tahap 3 – Mencari dan Merumuskan Argumentasi.

Setelah pernyataan masalah telah ditemukan dan dirumuskan dalam sebuah kalimat, peserta diminta memusatkan perhatian untuk mencari argumentasi atas pernyataan masalah yang diangkat.

Apa yang dimaksud dengan argumentasi? Secara umum, argumentasi adalah suatu tindakan atau proses penalaran secara sistematis untuk mendukung ide, tindakan, atau teori, dengan tujuan untuk meyakinkan atau mempengaruhi orang lain. Pada penyampaian argumentasi umumnya disertai dengan dengan penjelasan, bukti-bukti, alasan, serta ulasan obyektif disertai dengan contoh, analogi, dan sebab-akibat.

Istilah argumentasi diadaptasi dari Bahasa Inggris, yaitu ‘argumentation’ yang artinya uraian, pembuktian, atau dalil. Sehingga dapat juga didefinisikan sebagai suatu usaha untuk meyakinkan orang lain dengan menyampaikan pendapat, pernyataan, sikap, yang didukung dengan fakta-fakta yang benar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah argumentasi:

  • Carilah beberapa alasan mendasar mengapa masalah ini harus segera diatasi oleh perusahaan?
  • Eksplorasi akibat yang dirasakan pekerja jika masalah tersebut tidak diatasi? Analisis dari berbagai sudut pandang, misal: aspek kesehatan fisik, kesehatan mental, potensi konflik, kecelakaan kerja, dll.
  • Eksplorasi potensi pengaruh bagi perusahaan jika masalah tersebut tidak diatasi? Misal: produktivitas menurun, inefisiensi biaya, sanksi dari buyer/pemerintah, dll.

 

Tahap 4 – Mencari Data Untuk Merumuskan Argumentasi.

Untuk mempermudah proses dalam pembuatan argumentasi, diperlukan identifikasi yang berasal dari sumber data sekunder dan primer, langkah ini dapat dilakukan dengan cara :

  • Mencari data dalam bentuk infografis yang mudah digunakan dan/atau relevan dengan masalah dan argumen yang akan digunakan.
  • Mengutip hasil penelitian yang relevan dengan isu dan dapat dipergunakan untuk memperkuat argumentasi.
  • Identifikasi berbagai Regulasi apa saja yang berkaitan dan sanksi (apabila ada).
  • Identifikasi studi komparasi (perbandingan) dengan situasi kerja di perusahaan lain yang sejenis dari sisi skala usaha (grade), kesamaan merek, kesamaan wilayah, dll (yang relevan).

Data yang digunakan dalam menyusun argumentasi tersebut dapat disebut sebagai referensi argumentasi. Referensi tersebut sangat berguna untuk menegaskan bahwa argumentasi tersebut memiliki dasar yang jelas. Oleh karenanya sumber referensi perlu dinyatakan secara eksplisit. Misalnya, “Septi (2019) dalam penelitiannya mengenai kekerasan terhadap pekerja perempuan di tempat kerja, menyimpulkan bahwa pabrik bukan hanya tempat terjadinya kekerasan tetapi pabrik itu sendiri adalah kekerasan.”    Tentunya, untuk menjalankan survei dalam program ini, peserta tidak harus sampai menggunakan referensi-referensi teoritis, melainkan referensi-referensi mengenai bukti-bukti faktual atau temuan-temuan lapangan yang tertulis tentang masalah yang menjadi perhatian sudah cukup untuk memperkuat argumentasi yang diajukan.  Contoh-contoh referensi berikut ini bisa digunakan dalam menyusun argumentasi perumusan masalah survei:  konvensi ILO tentang kebebasan berserikat, data statistik BPS tentang inflasi tahun tertentu, data kemenakertrans tentang UMK dari beberapa daerah, hasil riset tentang pelaksanaan sistem pengawasan perburuhan, dll. 

 

Tahap 5 – Merumuskan Alternatif Solusi.

Pada tahap ini peserta secara berkelompok mencoba melakukan perumusan solusi terbaik bagi pemecahan masalah yang dihadapi. Proses perumusan solusi dilakukan secara kolaboratif dan kooperatif dengan menekankan komunikasi efektif dalam kelompok. Semua solusi yang mungkin dituliskan oleh masing-masing anggota. Setiap solusi yang dibuat harus terjadi secara kolaboratif, kooperatif, dan komunikatif. Dalam merumuskan solusi, setidaknya harus:

  • Rumuskan setidaknya dua (2) tawaran solusi kepada perusahaan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
  • Sediakan pertimbangan, plus dan minus dari masing-masing solusi.
  • Identifikasi potensi biaya yang dibutuhkan dengan solusi tersebut. Hal ini dapat dipergunakan untuk melihat peluang solusi yang paling mungkin diterima perusahaan dan menguntungkan pekerja.

 

Tahap 6 – Analisa Pemangku Kepentingan.

Dialog yang efektif akan mampu mewujudkan kondisi kerja layak dan kesejahteraan bagi pekerja serta meningkatkan produktivitas perusahaan. Serikat Pekerja atau Serikat Buruh dapat memiliki posisi yang kuat dalam mempengaruhi hasil dari suatu proses advokasi terhadap isu yang diperjuangkan, dengan catatan dapat menganalisis pemangku kepentingan yang dapat diajak berkolaborasi untuk mendukung dan meningkatkan posisi tawar terhadap pemberi kerja/perusahaan dan/atau pemerintah. Selanjutnya hasil analisa dimasukan kedalam lembar kerja analisis pemangku kepentingan.

Analisis Posisi SP dalam Advokasi Isu.png

Matriks Analisis Posisi Serikat Pekerja Dalam Advokasi Isu.

Fasilitator memfasilitasi peserta dalam membuat suatu analisis pemangku kepentingan dengan merujuk pada lembar kerja dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Dari isu prioritas yang telah ditetapkan, peserta melakukan analisis Posisi Serikat Pekerja terhadap pemangku kepentingan merujuk pada isu/masalah prioritas yang telah ditetapkan berdasarkan relasi dan pengaruh. Identifikasi dan semua pihak (pemangku kepentingan) yang sekiranya memiliki keterkaitan dan kepentingan dalam proses advokasi terhadap isu/masalah
  2. Peserta mengidentifikasi pemangku kepentingan yang berpotensi berkaitan dengan advokasi isu yang akan diperjuangkan dan menuliskannya dalam kertas metaplan. Setiap pemangku kepentingan ditulis ke dalam satu buah kertas metaplan. Peserta harus mampu menemukan mana pihak yang dapat diajak kolaborasi oleh SP/SB, pihak mana yang harus diyakinkan/diintervensi oleh SP/SB, pihak yang harus digali potensinya, manfaat yang dapat diberikan untuk memperkuat advokasi SP/SB, dan pihak mana yang tidak menjadi prioritas sama sekali dan dapat ditinggalkan.
  3. Peserta mengidentifikasi setiap pemangku kepentingan tersebut berdasarkan relasi dan pengaruh dari situasi obyektif serikat pekerja. Pemangku kepentingan yang mempunyai kekuasaan dan kepentingan dengan isu ini adalah seseorang atau organisasi yang perlu dilibatkan, didekati, dan/atau diajak kolaborasi atau bekerja sama dalam memperjuangkan isu. Bila berusaha untuk melakukan perubahan, mereka adalah target aktor yang harus diintervensi dalam proses advokasi. Contoh dalam isu cuti haid, pihak yang dapat diajak berkolaborasi antara lain dokter perusahaan atau dinas kesehatan.

prioritas -2.png

 

Penulis: Rio Agung Satria, Anang Fajar Sidik, Mohammad Didit Saleh

Trade Union Rights Center

Loading...